KONSEP DASAR
DIABETES MILITUS
A. Pengertian
Diabetes Mellitus
adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat
gangguan hormonal yang menimbulkan komplikasi kronik pada mata, ginjal, syaraf,
dan pembuluh
darah, disertai lesi pada pembuluh basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron.(Arif Mansyoer, 1997 : 580)
darah, disertai lesi pada pembuluh basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron.(Arif Mansyoer, 1997 : 580)
Diabetes Mellitus
merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi
makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. Diabetes Mellitus digolongkan
sebagai penyakit endokrin atau hormonal karena gambaran produksi atau
penggunaan insulin (Barbara C. Long, 1996:4)
Diabetes Mellitus
adalah sindrom yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara tuntutan dan
suplai insulin. Sindrom ini ditandai oleh hiperglikemia dan berkaitan dengan
abnormalitas, metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Abmormalitas
metabolik ini mengarah pada perkembangan bentuk spesifik komplikasi ginjal,
okular, neurogenik dan kardiovaskuler (Hotma Rumoharba, Skp, 1997).
Diabetes Mellitus
adalah penyakit herediter (diturunkan) secara genetis resesi berupa gangguan
metabolisme KH yang disebabkan kekurangan insulin relatif atau absolut yang dapat timbul pada berbagai usia dengan
gejala hiperglikemia, glikosuria, poliuria, polidipsi, kelemahan umum dan
penurunan berat badan.
Klasifikasi
etiologis DM American Diabetes Association (1997) sesuai anjuran Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia (PERKENI) adalah:
1. Diabetes tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya
menjurus ke defisiensi insulin absolut):
a. Autoimun
b. Idiopatik
2. Diabetes tipe 2 (bervariasi mulai terutama dominan
resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai terutama defek
sekresi insulin disertai resistensi insulin).
3. Diabetes tipe lain
a. Defek genetik fungsi sel beta:
1) Maturity Onset Diabetes of the Young (MODY) 1,2,3
2) DNA mitokondria
b. Defek genetik kerja insulin
c. Penyakit eksokrin pankreas
1) Pankreatitis
2) Tumor / pankreatektomi
3) Pankreatopati fibrotakalkus
d. Endokrinopati: akromegali, sindrom cushing,
feokromositoma, dan hipertiroidism.
e. Karena obat / zat kimia
1) Vacor, pentamidin, asam nikotinat
2) Glukokortikoid, hormon tiroid
3) Tiazid, dilantin, interferona, dll.
f. Infeksi: rubela kongenital, sitomegalovirus
g. Penyebab imunologi yanng jarang : antibodi
antiinsullin
h. Sindrom genetik lain yanng berkaitan dengan DM:
sindrom down, sindrom kllinefelter, sindrom turner, dll.
4. Diabetes Mellitus Gestasional
B. Etiologi
Insulin Dependent
Diabetes Mellitus ( IDDM ) atau Diabetes Melitus Tergantung Insulin ( DMTI ) di
sebabkan oleh destruksi sel beta pulau lengerhands akibat proses autoimun.
Sedangkan Non Insulin Dependent Diabetes Melitus ( NIDDM ) atau Diabetes
Melitus Tidak Tergantung Insulin ( DMTTI ) disebabkan kegagalan relatif sel
beta dan resistensi insulin.
C. Patofisiologi
Karena proses
penuaan, gaya hidup, infeksi, keturunan, obesitas dan kehamilan akan
menyebabkan kekurangan insulin atau tidak efektifnya insulin sehingga sehinga
terjadi gangguan permeabilitas glukosa di dalam sel.
Di samping itu juga
dapat di sebabkan oleh karena keadaan akut kelebihan hormon tiroid, prolaktin
dan hormon pertumbuhan dapat menyebabkan peningkatan glukosa darah.peningkatan
kadar hormon – hoormon tersebut dalam jangka panjang terutama hormon
pertumbuhan di anggap diabetogenik ( menimbulkan diabet ). Hormon – hormon
tersebut merangsang pengeluaran insulin secara berlebihan oleh sel-sel beta
pulau lengerhans paankreas, sehingga akhirnya terjadi penurunan respon sel
terhadap innsulin dan apabila hati mengalami gangguan dalam mengolah glukoosa
menjadi glikogen atau proses glikogenesis maka kadar gula dalam darah akan
meningkat.
Dan apabila ambang
ginjal dilalui timbullah glukosuria yang menybebkan peningkatan volume urine,
rasa haus tersimulasi dan pasien akan minum air dalam jumlah yang banyak ( polidipsi
)karena glukosa hilang bersama urine, maka terjadi ekhilangan kalori dan
starvasi seeluler, slera makan dan orang menjadi sering makan ( polifagi ).
Hiperglikemia
menyebabkan kadar gula dalam keringat meningkat, keringat menguap, gula
tertimbun di dalam kulit dan menyebabkan iritasi dan gatal – gatal. Akibat hiperglikemia terjadi penumpukan glukosa
dalam sel yang yang merusak kapiler dan
menyebabkan peningkaatan sarbitol yang akan menyebabkann gangguan fungsi
endotel. Kebocoran sklerosis yang menyebabkan gangguan – ganguan pada arteri
dan kepiler.
Akibat
hiperglikemia terjadi penimbunan glikoprotein dan penebalan membran dasar
sehingga kapiler terganggu yang akan menyebebkan gangguan perfusi jaringan
turun yang mempengaruhi organ ginjal, mata, tungkai bawah, saraf. ( Elizabeth
J. Corwin, 2001 )
D. Manifestasi Klinis
1. Poliuria
2. Polidipsia
3. Polifagia
4. Penurunan berat badan
5. pruritus vulvular, kelelahan, gangguan
penglihatan, peka rangsang dan kram otot, ( gangguan elektrolit dan terjadinya
komplikasi aterosklerosis ).
Gejala lain
yangmungkin di dikeluhkan pada pasien adalah kesemutan, gatal-gatal, mata kabur
dan impotaansi pada pria. ( Mansjoer, 1999 )
E. Gejala Kronik
Gejala Kronik
Diabetes Mellitus
Kadang-kadng pasien
yang menderita penyakit Diabetes Mellitus tidak menunjukkan gejala akut (
mendadak ), tapi pasien tersebut menunjukkan gajala sesudah beberapa bulan atau
beberapa bulan mengiap penyakit DM. gejala ini disebut gejala kronik atau
menahun, adapun gejala kronik yang sering timbul adalah :
-
Kesemutan
-
Kulit terasa
panas ( medangen ) atau seperti terusuk jarum
-
Rasa tebal di
kulit sehingga seeehingga kalau berrjalan seperti di atas bantal atau kasur
-
Kram
-
Mudah
mengntuk
-
Capai
-
Mata kabur,
biasanya seeing ganti kaca mata
-
Gatal sekitar
kemaluan, terrutama pda wanita
-
Gigi mudaah
lepas daaan mudaah goyah
-
kemempuan
seksual menurun atau bahkan impoten
-
terjaddi
hambatan dalam pertumbuhan dalam anak-anak
( Tjokro Prawito,
1997 )
Adapun kelompok
resiko tinggi yang memudahkan terkena penyakit diabetes melitus adalah:
-
kelompok
resiko tinggi untuk penyakit diabetes mellitus
-
kelompok usia
dewasa tua (lebih dari 40 tahun)
-
kegemukan
-
tekanan darah
tinggi
-
riwayat
keluarga DM
-
riwayat DM
pada kehamilan
-
riwayat
kehamilan dengan BB lahir bayi 4 kg
-
riwayat
terkena penyakit infeksi virus, misal virus morbili
-
riwayat lama
mengkonsumsi obat-obatan atau suntikan golongan kortikosteroid.
( Tjokro Prawito, 1997 )
F. Pemeriksaan Penunjang
§ Glukosa darah: meningkat 200 – 100 mg/dl, atau
lebih
§ Aseton plasma (keton): positif secara menyolok
§ Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol
meningkat
§ Osmolalitas serum: menngkat tetapi biasanya kurang
dari 330 m Osm/l
§ Natrium: mungkin normal, meningkat atau menurun
Kalium: normal atau
peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya akan menurun
Fosfor: lebih
sering menurun.
§ Hemoglobin glikosilat: kadarnya menngkat 2 – 4
kali lipat
§ Gas darah arteri: biasanya menunjukkan PH rendah
dan penurunan pada HCO3 (Asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis
respiratorik.
§ Trombosit darah: Ht mungkin meningkat (dehidrasi),
leukositosis, hemokonsentraasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
§ Ureum/Kreatinin: mungkin meningkat atau normal
(dehidrasi/penurunan fungsi ginjal)
§ Amilase darah: mungkin meningkat yang
mengindikasikan adanya pankreatitis akut sebagai penyebab dari Diaabetes
melitus (Diabetik ketoasidosis)
§ Pemeriksaan fungsi ttiroid: peningkatan aktifitas
hormon tiroid dapat menongkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin
§ Urin: gula dan asetan positif, berat jenis dan
osmolalitas mungkin meningkat.
§ Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya
infeksi saaluran kemih, infeksi pernafasan, dan infeksi pada luka.
G. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama untuk
mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronis. Jika
pasien berhasil mengatasi diabetesnya,ia akan terhindar dari hiperglikemia dan
hipoglikemia.
Penatalaksanaan
medis pada pasien diabetes mellitus tergantung pada ketepatan interaksi tiga
faktor:
§ Aktivitas fisik
§ Diit
§ Intervensi farmakologi dengan preparat
hipoglikemik oral atau insulin.
Intervensi yang direncanakan untuk
diabetes harus individual, harus berdasarkan pada tujuan, usia, gaya hidup,
kebutuhan nutrisi, maturasi, tingkat aktivitas, pekerjaan, tipe diabetes pasien
dan kemampuan untuk secara mandiri melakukan ketrampilan yang dibutuhkan oleh
rencana penatalaksanaan.
Tujuan awal untuk pasien yang baru
didiagnosa diabetes atau pasien dengan kontrol buruk diabetes harus difokuskan
pada yang berikut ini:
§ Elminasi ketosis, jika terdapat
§ Pencapaian berat badan yang diinginkan
§ Pencegahan manifestasi hiperglikemia
§ Pemeliharaan kesejahteraan psikososial
§ Pemeliharaan toleransi latihan
§ Pencegahan hipoglikemia
Pengelolaan Hipoglikemia:
a. Stadium permulaan (sadar):
ü Berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau
sirop/ permen gulamurni (bukan pemanis pengganti gula atau gula diet/ gula
diabetes) dan makanan yang pengandung hidrat arang
ü Stop obat hipoglikemik sementara, periksa glukosa
darah sewaktu
b. Stadium lanjut (koma hipoglikemia):
ü Penanganan harus cepat
ü Berikan larutan dekstrosa 40% sebanyak 2 flakon
melalui vena setiap glukosa darah dalam nilai normal atau di atas normal
disertai pemantauan glukosa darah
ü Bila hipoglikemia belum teratasi, berikan
anatagonis insulin seperti: adrenalin, kortison dosis tinggi, atau glukagon 1
mg intravena/ intramuskular
ü Pemantauan kadar glukosa darah.
I. Komplikasi
a. Akut
§ Koma hipoglikemia
§ Ketoasidosis
§ Koma hiperosmolar nonketotik
b. Kronik
§ Makroangiopati, menegnai pembuluh darah besar,
pembukluh darah jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak
§ Mikroangiopati, mengenaipembuluh darah kecil,
retino diabetik, nefropati diabetik
§ Neuropati diabetik
§ Rentan infeksi, seperti tuberculosis paru,
gingivitas, dan infeksi saluran kemih
§ Kaki diabetik.
KONSEP
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat
§ Informasi Umum:
Ø Umur
Ø Sex
Ø BB sebelum dan sesudah sakit
Ø TB
§ Jika klien telah terdiagnosa
Ø Gejala spesifik
Ø Kapan gejalan tersebut muncul
Ø Obat-obat diabetes: nama, berapa lama, cara
penyuntikan RX. Obat
Ø Jenis stressor: pekerjaan, rumah atau
keluarga,penyaakit lain
Ø Jenis monitoring: darah, urin
Ø Program latihan: jenis
§ Riwayat kesehatan dan masa lalu
§ Riwayat keluarga: DM, penyakit jantung, stroke,
obesitas, riwayat lahhir mati, kelahiran, dengan bayi 9 bulan
§ Riwayat kesehatan saat ini:
Ø Pandangan double kabur
Ø “Cramp” kaki pada saat jalan dan saat istirahat
tidak nyaman
Ø Pada extrimitas terasa: baal, perubahan warna,
dingin, kesemutan, nyeri.
Ø Jika terdapat diare: fekol inkontinensia, kapan
terjadinya
Ø Adakah masalah pemasukan
Ø Adakah masalah pemasukan: urin tersisa di
vesicaurinaria menyebabkan rasa penuh yang aba
Ø Concern klien dan keluarga: harapan dan kebutuhhan
khusus
2. Pemeriksaan Fisik
§ Tingkat kesadaran → orientasi klien respon
terhadap stimulasi
§ Tanda vital: N, S, TD, P, nafas bau aseton
§ Manifestasi komplikasi: tanda retinopati →
ophtamoncopic
§ Suhu kulit, nadi lemah (posterior tibial dan
dorsalis pedia)
§ Sensasi: tumpul dan tajam
§ Reflex
a. Psikososia
§ Gambaran klien tentang dirinya sebelum terdiagnosa
dan persepsi saat ini.
§ Kapan klien terhadap kemampuan untuk melakukan
tugas dan fungsi
§ Interaksi klien dengan anggota keluarga yang lain
dan orang dalam pekerjaan dan sekolah
§ Kapan kien merasa lebih stress
§ Suport dan pelayanan orang di sekitarnya
§ Depresi merasa kehilangan fungsi, kebebasan dan
kontrol.
b. Laboratorium
§ Serum elektrolit (k dan Na)
§ Glukosa darah
§ BUN dan serum cretinin
§ Microalbuminuria
§ Glycosylated hemoglobin (HbA1c)
§ Nilai PH dan PCO2
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan
Dapat berhubungan dengan :
Diuresis osmotik (dari hiperglikemia), kehilangan gastrik berlebihan, diare,
muntah, masukan dibatasi, mual, kacau mental.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
Peningkatan keluaran urine, urine encer. Kelemahan, haus, penurunan BB
tiba-tiba, kulit /membran mukosa kering, turgor kulit buruk, hipotensi, takikardi,
pelambatan pengisian kapiler.
Hasil yang diharapkan/
Kriteria evaluasi pasien akan :
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi
perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,keluaran urine
tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Kolaborasi
§ Berikan terapi sesuai dengan indikasi:
Ø Normal salin atau setengah normal salin dengan
atau tanpa dextrasa
Ø Albumin, plasma atau dextran.
R/ - Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada
derajat kekurangan cairan dan respon pasien secara individual.
- Plasma ekspander (pengganti kadang
dibutuhkan jika kekurangan mengancam kehidupan atau tekanan darah).
§ Pasang atau pertahankan kateter urine tetap
terpasang
R/ Memberikan pengukuran yang tepat atau akurat
terhadap pengukuran keluaran urine terutama jika neuropati otonom menimbulkan
gangguan kantong kemih (retensi urine atau inkontinensia).
§ Berikan kalium atau elektrolit yang lain melalui
intravena dan atau melalui sesuai indikasi.
R/ Kalium harus ditambahkan pada intravena
(segera aliran adekuat) untuk mencegah hipokalemia.
Tindakan /
Intervensi
§ Pantau TTV, catat adanya perubahan tekanan darah
ortostatik.
R/ Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh
hipotensi dan takikardia.
§ Suhu, warna kulit, atau kelembabannya.
R/ Meskipun demam, menggigil dan diaforesis
merupakan hal yang umum terjadi pada proses infeksi, demam dengan kulit yang
kemerahan, kering mungkin sebagai cerminan dari dehidrasi.
§ Kaji adanya perubahan mental/ sensori
R/ Perubahan mental dapat berhubungan dengan
glukosa yang tinggi atau yang rendah (hiperglikemia), elektrolit yang abnormal,
asidosis, penurunan perfusi serebral dan berkembangnya hipoksia.
2. Nutrisi, perubahan: kurang dari kebutuhan tubuh.
Dapat berhubungan dengan :
Ketidakcukupan insulin (penurunan ambilan dan penggunaan glukosa oleh jaringan
mengakibatkan peningkatan metabolisme protein atau lemak).
Peenurunan masukan oral: anoreksia, mual,
lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran.
Status
hipermetabolisme: pelepasan hormon stres (misal epinfrin, kortisol dan hormon pertumbuhan),
proses infeksius.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
Melaporkan masukan tidak adekuat, kurang minat pada makanan. Penurunan BB,
kelemahan, kelelahan, tonus otot buruk, diare.
Hasil yang diharapkan/ kriteria
Evaluasi pasien akan :
Mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat menunjukkan tingkat energi.
Mendemonstrasikan
BB stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya /yang diinginkan dengan
nilai laboratorium normal.
Kolaborasi
§ Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan
“finger stiek”
R/ Analisa keadaan di tempat tidur terhadap gula
darah lebih akurat (menunjukkan keadaan saat dilakukan pemeriksaan) daripada
memantau gula dalam urine (reduksi urine yang tidak cukup akurat untuk
mendeteksi fluktuasi kadar gula darah.
§ Berikan larutan glukosa, misalnya dekstrosa dan
setengah salin normal.
R/ Larutan glukosa ditambahkan setelah insulin
dan cairan membawa gula darah kira-kira 250 mg/dl.
§ Lakukan konsultasi dengan ahli diit.
R/ Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan
penyesuaian diit untuk memenuhi kebutuhan nitrisi pasien.
Tindakan /
Intervensi
§ Tentukan program diit dan pola makan pasien dan
bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
R/ Mengindentifikasi kekurangan dan penyimpangan
dari kebutuhan terapetik.
§ Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri
abdomen/perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat
dicerna,pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
R/ Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit dapat menurunkan mobilitas atau fungsi lambung (distensi atau
ilius paralitik) yang akan mempengaruhi pilihan intervensi.
§ Identifikasi makanan yang disukai atau dikehendaki
termasuk kebutuhan etnik atau kultur.
R/ Jika makanan yang disukai pasien dapat
dimasukkan dalam pencernaan makanan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah
pulang.
§ Timbang BB setiap hari atau sesuai dengan
indikasi.
R/ Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk
absorpsi dan utilisasinya).
3. Infeksi,Resiko tinggi terhadap (Sepsis)
Faktor resiko meliputi :
kadar gula tinggi, penurunan fungsi leukosit, perrubahan pada sirkulasi,
infeksi pernafasan yang ada seebelumnya atau ISK.
Kemungkinan di buktikan oleh : ( tidak dapat di terapkan : adanya
tendaa-tanda dan gejala – gejala membuat diaknosa aktual )
Hal yang di harapkan / kriteria
Evaluasi pasien akan : mengidentivikasi intervensi untuk menceegah
atau menurunkan resiko infeksi. Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup
untuk mencegah terjadinya infeeksi.
Kolaborasi
§ Lakukan pemeriksaan kultur dan ssensitifitas
sesuai dengan indikasi
R/ untuk mengidentifikasi organisme sehingga
dapat memilih / memberikan terapi anti biotik yang terbaik.
§ Berikan anti biotik yang sesuai
R/ penanganan awal dapat membantu mencegah
timbulnya sepsis.
4. Kelelahan
Dapat dihubungkan dengan :
penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia darah : insufisiensi
insulin, peningkatan kebutuhan energi : status hieper metabolik / infeksi.
Kemungkinan di buktikan oleh : kurang energi yang berlebihan, ketidakmampuan
untuk mempertahakan rutinitas biasanya, penutunan kinerja, kecenderungan untuk
kecelakaan.
Hasil yang di harapkan / kriteria
Evaluasi pasien akan :
mengungkapkan peeningkatan tingkat energi, menunjukkan perbaikan kemampuan
untuk berpartisipasi dalam aktifitas yang di inginkan.
Tindakan / Intervensi
§ Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas
R/
pendidikan apat memberikan motivasi untuk meninkatkan tingkat aktivitas
meskipun passien mungkin sangat lelah.
§ Berikan aktivitas alternatif dengan periode
istirahat yang cukup / tanpa di ganggu.
R/
mencegah kelelahan yang berlebihan.
§ Pantau nadi, frekuensi pernapsan dan tekanan darah
sebelum atua sesudah melakukan aktivitas.
R/
mengindikasikan tingkat aktivitass yang dapat di toleransi secara fisiologis.
§ Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari sesuai degnan yang dapat di toleransi
R/
meningkatkan kepercayaan diri / harga diri yang positif sesuai tingkat
aktifitas yang dapat di toleransi pasien.
5. Kurang Pengetahuan ( Kebutuhan Beljar ) Mengenal
Penyakit, Proknosis, dan Kebutuhan Pengobatan.
Dapat di hubungkan dengan : kurang pemajanan / mengingat kesalahan
interpretasi informasi.
Kemungkinan di buktikan oleh : pertanyaan atau meminta informasi,
mengungkapkan masalah.ketidakakuratan mengikuti instruksi terjadinya komplikasi
yang dapat di cegah.
Hasil yang di harapkan / kriteria
Evaluasi pasien akan : mengungkapkan pemahaman tentang penyakit. Mengidentifikasi
hubungan tanda atau gejala degnan proses penyakit dn menghubungkan gejala
dengan faktor penyebab. Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan
menjelaskan rasional tindakan. Melakukan perubahan gaya hidup dan
beraprtisipassi dalaam program pengobatan.
Tindakan / Intervensi
§ Ciptakan lingkungan saling percaya dengan
mendengarkan penuh perhatian dan selalu ada untuk pasien.
R/
memperhatikan dan menanggapi perlu perlu diciptakan sebelum pasien bersedia
mengambil bagian dalam proses belajar.
§ Bekerja dengan pasien dalam menata tujuan belajar
yang diharapkan
R/
pertisipasi dalaam perencanaan meningkatkan antusias dan bekerja sama dengan
pasien dengan prinsip-prinsip yang di pelajari.
§ Diskusikan tentang rencana diit, penggunaan
makanan tinggi serta dan cara untuk melakukan makan di luar rumah.
R/
kesadaran tentang pentingnya kontrrol diit akan membantu pasien dalam
emrancanakan makan atau menaati program.
§ Tinjau ulang pengaruh rokok pada penggunaan
insulin, anjurkan pasien untuk menghentikan merokok.
R/
nikotin mengkonstriksi pembuluh darah kecil daan absorbsi insulin di perlambat
selama pembuluh darah ini mengalami konstriksi.
§ Identifikasi sumber – sumber yang ada di
masyarakat, bila ada.
R/
dukungan kontinue biassanya penting untuk menumpang perubahan gaya hidup dan
meningkatkan penerimaan atas diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Petunjuk
Praktis Pengelolaan Diabetes Mellsitus tipe 2. PB Perkeni, 2002.
2.
Diabetes
Mellitus klasifikasi, diagnosis, dan terapi. Askandar Tjokroprawito. PT Gramedia Pustaka Utama, 1989.
3. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Barbara Engram. Penerbit Buku Kedokteran E
No comments:
Post a Comment